Oleh : Kharis Majid / PA 6
Pembicaraan tentang
ikhlas adalah pembicaraan yang tak kenal henti, artinya
selagi kita masih hidup dan menyadari posisi kita sebagai hamba Allah, maka
keikhlasan senantiasa masih terus di tuntut dan dibutuhkan. Allah Subhannahu wa
Ta'ala telah memberitahukan, bahwa manusia itu tidak diperintah, kecuali hanya
untuk beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan di dalam menjalankan
ajaran agama.
Kita semua mengakui, bahwa merealisasikan ikhlas dan membaikkan niat adalah
perkara yang sangat sulit. Ini dikarenakan hati kita memiliki sifat suka
berubah dan berbolak-balik, sesuai dengan namanya "qalb", sehingga
bisa jadi seseorang pada mulanya telah berniat secara ikhlas, namun di tengah
jalan niatnya ternodai atau bahkan berubah. Demikian pula sebaliknya ada yang
tadinya salah dalam niat, namun akhirnya menyadari dan tahu akan kekeliruannya,
lalu memperbaiki niat tersebut.
Fauzi Sanqarth menjelaskan dalam kitabnya
at-Taqarub Ilallah Thariqut Taufiq bahwa pekerjaan yang paling baik adalah
pekerjaan yang dilakukan secara ikhlas lillahi ta’ala serta sesuai dengan
tuntunan hukum. Para ulama selalu menyatukan dua hal utama ini dalam setiap
aktivitasnya. Dalam surah al-Mulk ayat 2 Allah berfirman,”.... agar Ia
menguji siapakah di antara kalian yang terbaik amalnya.” Allah menekankan
pada pertanyaan ”amal yang terbaik”, bukan ”amal yang terbanyak”.
Al-Fudhail
bin Iyadh menafsirkan amal terbaik dengan yang terikhlas dan terbenar amalnya.
Ketika ditanya, ”Mengapa amal yang terikhlas dan terbenar?” Ia menjawab, ”Amal
yang benar, tapi tidak ikhlas tidak akan diterima Allah. Amal yang ikhlas,
tetapi tidak dengan cara yang benar juga tidak diterima Allah. Amal diterima
kalau ikhlas dan benar. Ikhlas terwujud jika diniatkan lillahi ta’ala. Amal
yang benar bisa dicapai bila disesuaikan dengan perintah Rasulullah SAW..”
Masih dalam kitab tersebut dikutip bahwa Sa’id bin Zubair mengatakan, ”tidaklah
akan diterima perkataan dan amal kecualli dengan niat yang ikhlas. Tidak akan
diterima perkataan, amal, dan niat ikhlas kecuali sesuai dengan tuntunan Nabi
Muhammad SAW..”
Ketahuilah
wahai saudaraku kaum muslimin -semoga Allah memberikan hidayah kepada kita
untuk berpegang teguh kepada Al-Kitab dan As-Sunnah-. Sesungguhnya Allah Ta’ala
tidak akan menerima suatu amalan apapun dari siapa pun kecuali setelah
terpenuhinya dua syarat yang sangat mendasar dan prinsipil, yaitu:
·
Amalan tersebut harus dilandasi keikhlasan hanya kepada Allah,
sehingga pelaku amalan tersebut sama sekali tidak mengharapkan dengan amalannya
tersebut kecuali wajah Allah Ta’ala.
·
Kaifiat pelaksanaan amalan tersebut harus sesuai dengan petunjuk
Rasulullah SAW.
Dalil
untuk kedua syarat ini disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam beberapa tempat dalam
Al-Qur`an. Di antaranya:
“Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada
Rabbnya”. (QS. Al-Kahfi : 110)
Untuk
itu, setiap memulai pekerjaan itu niat harus ikhlas. Pekerjaan yang dilakukan
juga harus halal sesuai dengan tuntunan Nabi SAW, Bekerja sebagai Pendidik
namun tidak ikhlas, pahalanya tidak akan sampai. Menghidupkan anaknya dengan
usaha merampok Bank. Keduanya tidak akan diterima Allah. Menarik apa yang
diungkapkan Hujjatul Islam Imam Ghazali. Beliau mengatakan, ”semua
manusia akan hancur, kecuali mereka yang berilmu. Setiap orang yang berilmu
akan hancur, kecuali orang-orang yang ikhlas. Setiap orang yang ikhlas akan
selalu menghadapi godaan setan.”
Secara
bahasa, Ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih dari
kotoran. Sedangkan secara istilah, Ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah
saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Oleh karena itu,
bagi seorang muslim sejati makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh
perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan
kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan,
kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian Si Muslim tersebut menjadi tentara
fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.”
Seseorang yang tidak ihsan pekerjaannya, tidak saja sia-sia namun Allah akan timpalkan azab kepada mereka dengan siksa neraka. Dalam kitab Fathur Kabir terdapat hadist Nabi saw. Yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Rasulullah SAW. bersabda, ”barang siapa yang belajar ilmu supaya bisa bersaing dengan orang pandai atau agar dapat membodohi (mempermainkan) orang bodoh serta memalingkan pandangan manusia kepadanya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka. ” Malik bin Dinar pernah mengaitkan, ”jika kalian menjumpai orang yang tidak benar amalnya katakan padanya, tidak usah repot-repot.”
Seseorang yang tidak ihsan pekerjaannya, tidak saja sia-sia namun Allah akan timpalkan azab kepada mereka dengan siksa neraka. Dalam kitab Fathur Kabir terdapat hadist Nabi saw. Yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Rasulullah SAW. bersabda, ”barang siapa yang belajar ilmu supaya bisa bersaing dengan orang pandai atau agar dapat membodohi (mempermainkan) orang bodoh serta memalingkan pandangan manusia kepadanya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka. ” Malik bin Dinar pernah mengaitkan, ”jika kalian menjumpai orang yang tidak benar amalnya katakan padanya, tidak usah repot-repot.”
Keikhlasan dalam bekerja memang menjadi sesuatu yang esensi. Ikhlas adalah menjadikan tujuan taat satu-satunya hanyalah kepada Allah SWT semata. Artinya, yang ia inginkan dalam ketaatannya hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bukan untuk yang lain seperti mengambil hati orang lain, mengharap pujian atau makna lain selain mendekatkan diri pada-Nya.”memang hal ini sangat berat untuk dikerjakan, akan tetapi kita harus tetap berusaha dengan sebaik-baiknya. Pekerjaan yang paling baik (ihsan) adalah apabila semua pekerjaan yang dilaksanakan dengan niat yang ikhlas serta jenis pekerjaannya tidak bertentangan dengan syariat Islam. Seorang muslim yang bekerja keras secara ihsan menghidupi keluarganya disamakan dengan orang yang berperang di jalan Allah. Artinya, jika meninggal di saat menuaikan pekerjaannya, maka matinya syahid.
Bagaimana
agar kita dapat mencapai rasa ikhlas? Sandarkan hati saat sedang beribadah
kepada Allah SWT. Kita hanya memikirkan Allah, shalat untuk Allah, zikir untuk
Allah, semua amal yang kita lakukan hanya untuk Allah. Lupakan semua urusan
duniawi, kita hanya tertuju pada Allah. Jangan munculkan rasa riya atau sombong
di dalam diri kita karena kita tidak berdaya di hadapan Allah SWT. Rasakanlah
Allah berada di hadapan kita dan sedang menyaksikan kita. Insya Allah dengan
cara di atas anda dapat mencapai ikhlas. Dan jangan lupa untuk berdoa memohon
kepada Allah SWT agar kita dapat bekerja dan/atau beribadah secara ikhlas
untuk-Nya,
Di
samping niat yang ikhlas dan kesesuaian dengan syariat Islam, Nabi saw. pun
Tidak melupakan aspek profesionalisme. Seorang pekerja muslim bukan tipe orang
yang malas-malasan atau bekerja serampangan. Ketika ditanya pekerjaan apa yang
terbaik, beliau Rasulullah SAW. menjawab, ”Pekerjaan yang terbaik adalah
pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan semua bisnis yang dilakukan
secara baik.” Dalam hadits yang lain beliau mengatakan, ”sebaik-baik
pekerjaan adalah pekerjaan seorang pekerja yang melakukan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya (profesional).” Demikian hadits riwayat Imam ahmad. Imam
Ghazali memberikan tafsiran profesional tersebut sebagai bentuk ketelitian,
tanggung jawab, jauh dari unsur penipuan, kerja tidak seenaknya atau
serampangan serta menepati hak-hak dan kepentingan pihak lain.
Kalau
setiap muslim mendasari pekerjaan dengan aspek-aspek tadi, insya Allah bangsa
ini akan maju. Nilai-nilai Islam mendasari setiap gerak langkahnya. Kerahmatan
Islam pasti akan menaungi semuanya. Itulah prinsip rahmatan lil alamin.
Kiat-Kiat Menuju Iklas
1. Berdo’a
Yakni memohon pertolongan kepada Allah serta berlindung kepada Nya
dari segala gangguan yang dapat mengotori keikhlasan. Dialah Yang Maha memberikan pertolongan dan
Dzat tempat berlindung dari segala sesuatu.
2. Ilmu
Yaitu dengan mengetahui pentingnya keikhlasan, mengetahui strategi
dan perangkap setan serta bagaimana kerjanya di dalam jiwa. Juga mengetahui,
bahwa keikhlasan merupakan perintah atau urusan yang sangat ditekankan, baik di
dalam al-Qur'an muapun as-Sunnah.
3. Mujahadah
3. Mujahadah
Yaitu berjuang atau berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meraih keikhlasan
tersebut, karena orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh akan diberi jalan
kemudahan oleh Allah, sebagaimana firman Nya,
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS.
29:69)
4. Berteman dengan Para Mukhlishin
Sebab
berteman dengan orang yang mukhlish akan menularkan sifat cinta keikhlasan,
sehingga mendorong kita beramal berlandaskan keikhlasan tersebut. Serta
dengan cara ini kita dapat melihat, bagaimana mereka berjuang dan
bersungguh-sungguh untuk merealisasikan ikhlas di dalam beramal, ini sangatlah
penting dan memberikan manfaat yang besar. Siman, 22 Maret 2013.
0 comments:
Post a Comment