Nilai Keikhlasan Dan Perusaknya

Priyo Nandang Subagiyo/ PAI 6.

BAGAIMANA MENYIKAPI MADZHAB

Oleh: Arief Rahman Hakim/PMH 6

Mendidik Diri Dengan Wasiat Nabi

Oleh : Muhammad Zulkifly Rasyid / Mu 6

Sudah Terujikah Iman Kita

Oleh : Departemen Publikasi

Saturday, September 14, 2013

Menjaga Akhlak Kepada Allah SWT

Oleh : Muhammad Wahyudi/ PAI 5
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab: 21)
Mudah-mudahan Allah SWT yang Maha Mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya, menolong kita agar dapat mengetahui kekurangan yang harus diperbaiki, memberitahu jalan yang harus ditempuh, dan memberikan karunia semangat terus-menerus sehingga kita tidak dikalahkan oleh kemalasan, tidak dikalahkan oleh kebosanan, dan tidak dikalahkan oleh hawa nafsu.
Dan mudah-mudahan pula warisan terbaik diri kita yang dapat diwariskan kepada keluarga, keturunan, dan lingkungan adalah keindahan akhlak kita. Karena ternyata keislaman seseorang tidak diukur oleh luasnya ilmu. Keimanan seseorang tidak diukur oleh hebatnya pembicaraan. Kedudukan seseorang disisi Allah SWT tidak juga diukur oleh kekuatan ibadahnya semata. Tapi semua kemuliaan seorang yang paling benar Islamnya, yang paling baik imannya, yang paling dicintai oleh Allah, yang paling tinggi kedudukannya dalam pandangan Allah dan yang akan menemani Rasulullah SAW ternyata sangat khas, yaitu orang yang paling mulia akhlaknya.
Walhasil sehebat apapun pengetahuan dan amal kita, sebanyak apapun harta kita, setinggi apapun kedudukan kita, jikalau akhlaknya rusak maka tidak bernilai. Kadang kita terpesona kepada topeng duniawi tapi segera sesudah tahu akhlaknya buruk, pesona pun akan pudar.
Yakinlah bahwa Rasulullah SAW diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak. Hal ini dinyatakan sendiri oleh beliau ketika menjawab pertanyaan seorang sahabatnya, "Mengapa engkau diutus ke dunia ini ya Rasul?". Rasul menjawab,
"Sungguh aku diutus menjadi Rasul tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia".
Sayangnya kalau kita mendengar kata akhlak seakan fokus pikiran kita hanya terbentuk pada senyuman dan keramahan. Padahal maksud akhlak yang sebenarnya jauh melampaui sekedar senyuman dan keramahan. Karenanya penjabaran akhlak dalam perilaku sehari-hari bukanlah suatu hal yang terpecah-pecah, semua terintegrasi dalam satu kesatuan utuh, termasuk bagaimana akhlak kita kepada Allah SWT.
Akhlak kita kepada Allah SWT harus dipastikan benar-benar bersih. Orang yang menjaga akhlaknya kepada Allah, hatinya benar-benar putih seperti putihnya air susu yang tidak pernah tercampuri apapun. Bersih sebersih-bersihnya. Bersih keyakinannya, tidak ada sekutu lain selain Allah. Tidak ada satu tetes pun di hatinya meyakini kekuatan di alam semesta ini selain kekuatan Allah SWT sehingga ia sangat jauh dari sifat munafik.
Bagaimanakah sifat orang munafik itu? Berikut ini kita kutif tulisan dari Imam Al Ghazali yang menuturkan ucapan Imam Hatim Al Ashom, seorang ulama yang shalih ketika mengupas perbedaan antara orang mukmim dengan orang munafik.
"Seorang mukmin senantiasa disibukan dengan bertafakur, merenung, mengambil pelajaran dari aneka kejadian apapun di muka bumi ini, sementara orang munafik disibukan dengan ketamakan dan angan-angan kosong terhadap dunia ini.
Seorang mukim berputus asa dari siapa saja dan kepada siapa saja kecuali hanya kepada Allah, sementara orang munafik mengharap dari siapa saja kecuali dari mengharap kepada Allah.
Seorang mukmin merasa aman, tidak gentar, tidak takut oleh ancaman siapa pun kecuali takut hanya kepada Allah karena dia yakin bahwa apapun yang mengancam dia ada dalam genggaman Allah, di lain pihak orang munafik justru takut kepada siapa saja kecuali takut kepada Allah, naudzhubilah, yang tidak dia takuti malah Allah SWT.
Seorang mukmin menawarkan hartanya demi mempertahankan agamanya, sementara seorang munafik menawarkan agamanya demi mempertahankan hartanya.
Seorang mukmin menangis karena malunya kepada Allah meskipun dia berbuat kebajikan, sementara seorang munafik tetap tertawa meskipun dia berbuat keburukan.
Seorang mukmin senang berkhalwat dengan menyendiri bermunajat kepada Allah, sementara seorang munafik senang berkumpul dengan bersukaria bercampur baur dengan khalayak yang tidak ingat kepada Allah SWT.
Seorang mukmin ketika menanam merasa takut jikalau merusak, sedangkan seorang munafik mencabuti seraya mengharapkan panen.
Seorang mukmin memerintahkan dan melarang sebagai siasat dan cara sehingga berhasil memperbaiki, larangan dan perintah seorang mukmin adalah upaya untuk memperbaiki sementara seorang munafik memerintah dan melarang demi meraih jabatan dan kedudukan sehingga dia malah merusak, naudzhubillah".
Nampak demikian jauh beda akhlak antara seorang mukmin dengan seorang munafik. Oleh karenanya kita harus benar-benar berusaha menjauhi perilaku-perilaku munafik seperti diuraikan di atas. Kita harus benar-benar mencegah diri kita untuk meyakini adanya penguasa yang menandingi kebesaran dan keagungan Allah. Kita harus yakin siapa pun yang punya jabatan di dunia ini hanyalah sekedar makhluk yang hidup sebentar dan bakal mati, seperti halnya kita juga. Jangan terperangah dan terpesona dengan kedudukan, pangkat, dan jabatan, sebab itu cuma tempelan sebentar saja, yang kalau tidak hati-hati justru itulah yang akan menghinakan dirinya.
Allah SWT Berfirman yg artinya:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat ( untuk menyerukan) :“Sembahlah Allah dan jauhilah thoghut.” Kemidian diantara mereka ada yg diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yg teap dalam kesalahan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yg mendustakan (Rasul-rasul)”. (QS. An-Nahl: 36)

Bulatkan dan bersihkan hati kita hanya kepada Allah SWT dengan dibuktikan oleh kesungguhan ibadah dan amal kita. Sehingga tidak usah menyimpan keris sekecil apapun di rumah kita hanya untuk menjadi penolak bala. Allah SWT yang Maha agung dan Maha kuasa dapat menolong kita tanpa harus kita menyimpan jimat.
Dari Jabir RA berkata : Rashulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Ash shahihah Juz 2 hal 418-419).
Sebuah syair arab berbunyi :
“innamal umamul akhlaaqu maa baqiyat fa in hum dzahabat akhlaquhum dzahabu”
(sebenarnya suatu bangsa akan menjadi jaya dan terhormat selama bangsa itu memiliki akhlak yang luhur. Dan apabila bangsa telah kehilangan akhlaknya, maka akan hilang pulalah kejayaan dan kehormatannya)
Selanjutnya,  jika kita perhatikan negeri ini, kita bisa menemukan kenapa kehormaan negeri ini mulai hilang? ….jawabannya, karena kurangnya akhlak yang dimiliki oleh anak negeri ini. Korupsi bukannya malah dihilangkan, tapi malah jadi ikutan. Jika hidup dengan gaya hedonisme bukannya diendapkan, tapi malah ditunjukkan. Jika ini terus terjadi bias-bisa negeri ini akan makin kehilangan kejayaan dan kehormatannya. 

Gontor, Kampus Siman 14 September 2013

Sunday, September 8, 2013

Begadang Syar’i

Oleh : Faiq Nebukadnezar/ AF 6
Banyak orang beranggapan bahwa begadang itu hanya mempunyai nilai negative, karena bagi mereka, namanya begadang itu hanya menghambur-hamburkan waktu, yang tidak ada manfaatnya. Begadang malam memang tak lepas dari aktivitas kesia-siaan yang berujung pada kemubadziran waktu. Sebab, bila waktu tidak diisi dengan kebaikan, maka ia akan terisi dengan amalan-amalan yang sia-sia. Abdullah bin Abbas R.A menjelaskan alasan dimakruhkannya begadang malam seraya mengatakan, “Dimakruhkannya ngobrol diawal malam adalah tatkala turun firman Allah Ta’ala, “ Dengan menyombongkan diri terhadap Al-Qur’an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya diwaktu kamu bercakap-cakap dimalam hari.” (Al-Mukminun (23) : 67). Yakni, Allah Ta’ala mencela orang-orang yang ngobrol yang tidak mengandung unsur ketaatan kepada Allah Ta’ala, baik perkataan yang tidak tentu arah atau kata yang menyakitkan.

Keikhlasan dalam Bekerja (Beribadah)

Oleh : Kharis Majid / PA 6

Pembicaraan tentang

Ucapan dan Perbuatan Tidak Jauh dari Isi Pikiran Seseorang

Oleh : Yusuf Mahmudi / PAI 6

Manusia dikatakan ada kehidupanya karena terdapat ruh, yang bersemayam didalam jasat atau tubuh. Kemudian bermula dari pikiranlah tubuh ini bergerak dan berbuat. Sehingga, jika yang terlintas dalam pikiran seseorang adalah suatu kebaikan, keutamaan, kemanfaatan, maka hasilnya adalah perbuatan yang mendatangkan kemaslahatan, begitupula sebaliknya. Karenanya, ulama klasik Abul Wafa Ali Ibnu Uqail dengan  kitabnya al-Funuun selalu mengarahkan pikirannya kepada hal-hal yang bermanfaat. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya aku tak ingin membiarkan diriku membuang-buang waktu meski hanya sesaat dalam hidupku. Sampai-sampai apabila lidahku berhenti berdzikir atau berdiskusi, pandangan mataku juga berhenti membaca, segera aku mengaktifkan pikiranku kala beristirahat sambil berbaring. Ketika aku bangkit, pasti sudah terlintas sesuatu yang akan kutulis.” (Al-Muntazham,  Ibnu al-Jauzi).

Berpindah Dari Pintu Yang Tertutup Ke Pintu Yang Terbuka

Oleh : Citra Putra Raharjo / AF6

Selama kita masih hidup pasti akan selalu bertemu dengan sesuatu yang namanya masalah. Dia akan selalu datang menghampiri kita. Apapun bentuknya masalah adalah bagian dari hidup dan keseharian kita.

            Namun, dengan masalah kita bisa menjadi pribadi yang kuat, dan dengan masalah juga kita bisa menjadi pribadi yang lemah, dan itu merupakan kesalahan yang sangat besar apabila kita menjadi lemah dengan adanya masalah. kita terbiasa selalu berhenti dan merenung pada pintu yang telah tertutup, dan padahal masih banyak pintu yang terbuka untuk kita, dan kita tidak pernah menyadarinya. apabila kita mendapat suatu masalah, kita tidak boleh selalu merenungi dan berdiam atau tenggelam  pada masalah tersebut, yang harus kita lakukan adalah segera bangkit dan menyelesaikannya, bukannya terus saja berdiam, merenungi bahkan tenggelam dalam masalah.

            Perlu kita yakini bahwa masalah yang kita terima adalah ujian dari Allah yang maha esa, dan setiap ujian yang diberikan oleh kita pastinya tidak akan pernah melebihi batas kemampuan kita, seperti yang telah difirmankan-Nya dalam kitab suci al-Qur’an, yang artinya :

“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Q.S. Al-Baqarah: 286)

            Dan juga, kita harus menyadari bahwa setiap masalah yang diberikan Allah, adalah salah satu nikmat-Nya, karena tidak semua nikmat-Nya baik di mata kita, yang hanya melihat kepada apa yang terlihat saja, dan padahal, masih banyak sesuatu di sana yang tidak dapat kita lihat. dan itu adalah yang terbaik untuk kita. dalam kitab suci, Allah Swt berfirman, yang artinya :

“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui “ (Q.S. Al-Baqarah:216)

            Allah Swt yang maha pengasih dan penyayang selalu memberi kemudahan kepada hamba-Nya, kita hanya disuruh untuk berfikir dan menyadarinya. salah satunya adalah, dalam setiap kesulitan ada kemudahan. Yaitu, dalam suatu masalah pasti ada jalan keluarnya. Allah Swt berfirman, yang artinya :

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Al-Insyirah: 5-6)

            Dari semua itu, Allah yang maha pengasih dan penyayang telah memberikan segala yang terbaik untuk hamba-Nya.

            Masalah yang kita hadapi sering membuat kita pusing, tapi masalah juga mempunyai manfaat yang kadang kita tidak menyadarinya. di antaranya adalah :

            Dengan masalah akan membuat kita menjadi lebih dewasa. Maksud dari kata dewasa dalam konteks ini adalah bukan dari segi umur dan dari segi tinggi badan, namun, dewasa dalam bersikap, dewasa dalam mengambil keputusan, dewasa dalam berfikir, dewasa dalam bergaul atau berinteraksi, dewasa dalam hal apapun.

            Kenapa kita bisa jadi lebih dewasa? Jawabannya adalah kita dituntut untuk tidak terjerumus lagi ke lubang sebelumnya sehingga kita harus mengambil tindakan untuk tidak terjerumus kembali. Sangat ironis sekali, ketika seseorang jatuh di lubang yang sama dikedua kalinya bahkan berkali-kalinya.

            Masalah sebagai nikmat, Masalah itu seperti garam bagi sayur, pupuk bagi tanaman, kecap bagi nasi oring, keyboard dan monitor bagi computer. Artinya kehidupan pun tidak akan lengkap dan nikmat jikalau tidak ada masalah, karena kita merasa tertantang untuk menghadapinya, kalau kita berhasil mengalahkan tantangan itu, maka suatu kenikmatan bagi seseorang tersebut. Sebagai contoh seorang penerjun yang begitu menikmati ketika berhasil turun dan tepat digaris yang ditentukan. Itulah masalah begitu nikmat ketika berhasil dihadapi. Oleh karena itu, setiap ada tantangan ada tiga cara untuk mengalahkannya yaitu: HADAPI, HADAPI, dan HADAPI. Insya Allah kenikmatan telah menanti didepanmu wahai para pejuang.
            Dengan masalah juga, akan menambah ilmu kita. masalah yang kita hadapi terkadang butuh ilmu untuk mengatasinya, sehingga kita pun harus mencari referensi untuk menghadapinya seperti buku-buku, artikel-artikel, ceramah-ceramah, nasehat dari teman, dan lain-lain. Dengan itu, maka ilmu kita akan selalu bertambah dengan bertambahnya masalah yang kita punya.

            Setelah keluar dari masalah yang kita hadapi, kita harus selalu memotivasi diri kita sendiri agar selalu hidup dalam kehidupan yang cerah. Karena kita tahu bahwa semangat seseorang akan “naik dan turun”.

            Maka dari itu, ada beberapa tips yang ingin penulis berikan agar kita bisa termotivasi kapanpun dan dimanapun :

1. Selalu konsisten

            Kemudahan timbul dari kebiasaan. Motivasi pun sama. Ia memerlukan kedisiplinan sehingga kita terbiasa hidup dengan motivasi. Ada ungkapan bagus yang mengatakan, “Sesuatu yang Anda ulangi tiap hari selama 21 hari akan menjadi kebiasaan”, dengan itu, mari kita coba dan kita peraktekkan bersama. Mulai dengan hal yang sederhana seperti tersenyum dihadapan cermin, mengatakan “Yes” sebelum bekerja, dan banyak lagi. Kita tahu bahwa yang namanya konsisten atau istiqamah adalah merupakan hal yang sulit. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan selalu memperbaharui niat kita dan tetap semangat dalam menjalani hidup yang penuh rahmat dari-Nya ini.

            Dan dalam beristiqamah juga mempunyai keutamaan yang sangat luar biasa ganjarannya, seperti yang telah difirmankan Allah Swt dalam al-Qur’an, yang artinya :

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)

2. Bertanggung jawab

            Dalam menjaga tanggung jawab kita, kita perlu seseorang yang bersedia mengingatkan Anda untuk tetap berada di tujuan. Ia bertugas memberikan dukungan dan menjadi mitra bertukar pikiran bagi ide dan gagasan yang kita punya. Dari sini kita akan merasa bertanggung jawab untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain. Proses mencapai tujuan menjadi lebih mudah dengan hadirnya seseorang yang menjadi cermin diri kita.

3. Kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang bervisi sama

            Kalau kita mau menurunkan berat badan, pastikan kita bersama teman-teman yang mempunyai tujuan sama. Kalau kita ingin membangun bisnis, kita harus berteman  dengan orang-orang yang sudah berkecimpung di dunia bisnis atau mereka yang mau memulai bisnis. kita bisa memperoleh energi dan motivasi dari mereka. Akan sangat mudah untuk termotivasi ketika kita memperoleh support. Dan semua pekerjaan yang berat dalam pelaksanaannya ketika bekerja sendiri, bisa teratasi dengan bantuan dan dukungan teman-teman yang bervisi sama.




4. Fokus pada proses, bukan tujuan

            Ini yang sangat penting. Seringkali kita  turun mental ketika dihadapkan pada kesulitan mencapai tujuan. Tapi di sini kita harus fokus pada proses. Setiap proses memerlukan waktu. Entah cepat, entah lambat. Tujuan kita sudah jelas, namun perjalanan menuju kesana bisa berliku dan naik turun. Dengan fokus pada proses, kita bisa terhindar dari beban mental. karena sekarang kita sudah memegang kendali atas proses itu sendiri, bukan dikendalikan oleh target untuk mencapai tujuan.

Kesimpulan

            Dari banyaknya penjelasan di atas, mulai mengenai masalah yang akan selalu datang pada kehidupan kita, tentang manfaat yang kita peroleh apabila kita mampu menyikapinya dengan senyuman dan kembali bangkit untuk hidup yang lebih indah, tentang kerugian apabila kita tidak menyikapinya dengan senyuman, terus termenung dan tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan, dan juga tentang cara untuk memelihara diri kita setelah keluar dari suatu masalah agar selalu bersemangat dalam menghadapi hidup ini.

            Pesan terakhir untuk pembaca, “janganlah kita mudah terpengaruh dengan pintu yang sudah  tertutup, sehingga kita malas dan tidak mau untuk beranjak dari pintu tersebut. Karena, perlu kita sadari bahwa masih banyak pintu yang masih tebuka lebar untuk kita. janganlah membiasakan diri dengan selalu merenungi nasib buruk yang kita alami, masalah yang kita hadapi dengan tidak segera meninggalkannya dan melupakannya. Tetapi yang harus kita lakukan adalah tidak tenggelam pada kesedihan, dan mencari pintu yang sedang terbuka lebar untuk kita untuk menikmati hari-hari yang penuh dengan ridha ilahi.


SUMBER KESOMBONGAN

Sombong---sebagaimana didefinisikan Rasulullah SAW adalah: "melecehkan orang lain dan menolak kebenaran" (HR Muslim dan Tirmidzi).

Ketahuilah bahwa tidak akan bersombong kecuali orang yang menganggap dirinya besar dan tidak akan menganggap dirinya besar kecuali orang yang meyakini memiliki sifat kesempurnaan. Di antara sumber kesombongan adalah sebagai berikut:

1.     NASAB KETURUNAN. Orang yang punya nasab keturunan yang tinggi menganggap hina orang yang tidak memiliki nasab tersebut, sekalipun ia lebih tinggi ilmu dan amalnya. Rasulullah bersabda "Hendaklah orang meninggalkan kebanggan terhadap nenek moyang mereka yang telah menjadi batu bara di neraka."(HR. Abu Daud)

2.      HARTA KEKAYAAN. Hal ini biasanya terjadi dikalangan para raja, pemimpin, para konglomerat, pengusaha, tuan tanah, dan para pejabat negara serta keluarga mereka. Mereka membanggakan kedudukan dan hartanya sehingga merendahkan dan melecehkan orang lain. Orang-orang semacam ini bila tidak bertaubat akan berakhir seperti Qorun yang ditelan bumi karena kesombongan terhadap hartanya.

3.       ILMU PENGETAHUAN. Demikian cepatnya kesombongan menjangkiti para ulama (kaum intelektual) sehingga seorang berilmu pengetahuan mudah merasa tinggi dengan ilmu pengetahuannya. Ia merasa paling mulia diantara manusia. Seharusnya ilmu yang didapat dengan ikhlas karena Allah dan hati yang jujur akan melahirkan sikap tawadhu' dan rasa takut kepada Allah.

4.       AMAL dan IBADAH. Orang-orang yang zuhud dan para ahli ibadah tidak terlepas pula dari nistanya kesombongan, kepongahan dan tindakan melecehkan orang lain. Dengan amal dan ibadahnya ia merasa yakin akan selamat, sementara orang lain akan binasa. Sabda Rasulullah SAW "Cukuplah seseorang dinilai telah berbuat kejahatan bila ia merendahkan saudaranya sesama muslim" (HR. Muslim)

5.       KECANTIKAN/KETAMPANAN. Kecantikan atau ketampanan seseorang bisa meyebabkan dirinya sombong dengan cara merendahkan dan menyebut-nyebut keburukan rupa orang lain.

Dengan definisi yang disebutkan oleh Rasulullah SAW itu, tentulah banyak keburukan yang terdapat di dalam sifat sombong (takabbur), sehingga wajar jika kemudian kesombongan menjadi penghalang masuk surga.

Adab dan Keutamaan Menuntut Ilmu

Oleh : Departemen Publikasi

Adab dalam menuntut ilmu adalah perkara yang sangat penting, maka dari itu para ulama senantiasa memperhatikan adab-adab tersebut.
                Suatu ketika Imam Laits Bin Sa’ad melihat para penuntut hadits, kemudian beliau melihat ada kekurangan dalam adab mereka, maka beliau berkata: “Apa ini!, sungguh belajar adab walaupun sedikit lebih kalian butuhkan dari pada kalian belajar banyak ilmu". (Al-Jami’:1/405)
Berkata Abu Bakar Bin Al-Muthowi’i: “Saya keluar masuk di rumah Abu Abdillah (Imam Ahmad Bin Hambal) selama 12 tahun sedangkan beliau sedang membacakan kitab Musnad kepada anak-anaknya. Dan selama itu saya tidak pernah menulis satu hadits pun dari beliau, hal ini disebabkan karena saya datang hanya untuk belajar akhlaq dan adab beliau”. (Siyar A‘lamun Nubala’:11/316)

Jabat Tangan Dengan Wanita Bukan Mahram

Oleh : Zamen /AF 6


“Dan tinggallah kalian (para wanita) di dalam rumah-rumah kalian, dan janganlah kalian berhias seperti berhiasnya kaum jahiliyah pertama, dan tegakkanlah shalat, tuanaikanlah zakat, dan taatilah Allah beserta RasulNya.” (Al-Ahzab: 33).
Masih sampai hari ini, pembicaraan tentang wanita adalah termasuk pembicaraan yang telah menyita banyak waktu semua orang, dari kalangan intelektual maupun dari kalangan awam. Betapa tidak, kaum wanita dengan kelemahlembutannya dapat melakukan hal-hal spektakuler yang dapat mengguncangkan dunia. Dengan kelemahlembutannya itu ia dapat melahirkan tokoh-tokoh besar yang dapat membangun dunia. Namun dengan kelemah-lembutannya pulalah ia dapat menjadi penghancur dunia yang paling potensial.

Nilai Keikhlasan dan Perusaknya

Priyo Nandang Subagiyo/ PAI 6
Pentingnya amalan hati

Secara umum amalan hati lebih penting dan ditekankan daripada amalan lahiriyah. Ibnu Taymiyah mengatakan:”Bahwasanya ia merupakan pokok keimanan dan landasan utama  agama, seperti mencintai Allah Subhannahu wa Ta’ala dan rasulNya, bertawakal kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala , ikhlas dalam menjalankan agama semata-mata karena Allah Subhannahu wa Ta’ala , bersyukur kepadaNya, bersabar atas keputusan atau hukumNya, takut dan berharap kepadaNya”. Imam Ibnu Qayyim juga pernah berkata: “Amalan hati merupakan hal yang pokok dan utama, sedangkan anggota badan adalah pengikut dan penyempurna. Sesungguhnya niat ibarat ruh, dan gerakan anggota badan adalah jasadnya. Jika ruh itu terlepas maka matilah jasad”.

MEMBUKA PINTU RIZKI DENGAN ISTIGFAR DAN TAUBAT

Di antara hal yang menyibukkan hati kaum muslimin adalah mencari rizki. Dan menurut pengamatan, sebagian besar kaum muslimin memandang bahwa berpegang dengan Islam akan mengurangi rizki mereka. Kemudian tidak hanya sebatas itu, bahkan lebih parah dan menyedihkan bahwa ada sejumlah orang yang masih mau menjaga sebagian kewajiban syari’at Islam tetapi mengira bahwa jika ingin mendapatkan kemudahan di bidang materi dan kemapanan ekonomi hendaknya menutup mata dari hukum-hukum Islam, terutama yang berkenaan dengan hukum halal dan haram.

BAGAIMANA MENYIKAPI MADZHAB

Oleh: Arief Rahman Hakim/PMH 6
Bermadzhab, tidak bisa dipungkiri lagi, adalah merupakan kenyataan sosial. Madzhab tidak bisa dipisahkan dari praktek keagamaan sehari-hari ummat Islam, bukanhanya di Indonesia tetapi di seluruh pelosok dunia Islam.
Dalam hal ini, di tengah-tengah ummat Islam ada dua sisi pemikiran yang bertolak belakang dalam mensikapi madzhab. Satu sisi memandang bahwa taqlid pada madzhab tertentu perlu bagi setiap muslim. Sisi pemikiran lain memandang bahwa bermadzhab merupakan perbuatan bid’ah yang diada-adakan dan tidak mempunyai dasar hukum yang kuat. Kelompok pertama menyatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup, sedang kelompok kedua menyarankan perlunya dibuka kembali pintu ijtihad, karena merupakan kebutuhan yang tidak bisa dihindari.

Mendidik Diri dengan Wasiat Nabi

Oleh : Muhammad Zulkifly Rasyid / Mu 6
Tidak diragukan lagi, masing-masing kita mendambakan terciptanya suasana kebahagiaan, kebersamaan, dan ketentraman baik dalam urusan dunia maupun agama bahkan negara. Banyak usaha yang dilakukan, meskipun nyatanya tidak menghasilkan apa yang diharapkan. Sementara kita meyakini bahwa tidak  ada satu kesulitan pun kecuali pasti ada jalan keluarnya. Allah berfirman, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS Asy Syarhu / Alam Nasyrah: 6).