Oleh : Zamen /AF 6
“Dan tinggallah kalian (para wanita) di
dalam rumah-rumah kalian, dan janganlah kalian berhias seperti berhiasnya kaum
jahiliyah pertama, dan tegakkanlah shalat, tuanaikanlah zakat, dan taatilah
Allah beserta RasulNya.” (Al-Ahzab: 33).
Masih sampai hari ini, pembicaraan
tentang wanita adalah termasuk pembicaraan yang telah menyita banyak waktu
semua orang, dari kalangan intelektual maupun dari kalangan awam. Betapa tidak, kaum wanita dengan kelemahlembutannya dapat
melakukan hal-hal spektakuler yang dapat mengguncangkan dunia. Dengan
kelemahlembutannya itu ia dapat melahirkan tokoh-tokoh besar yang dapat
membangun dunia. Namun dengan kelemah-lembutannya pulalah ia dapat menjadi
penghancur dunia yang paling potensial.
Untuk mengetahui bagaimana semestinya posisi kaum wanita yang
tepat maka kita perlu mengetahui bagaimana posisi kaum wanita di kalangan
generasi terdahulu sebelum datangnya Islam.Siapapun yang mencoba mempelajari
kondisi kaum wanita sebelum Islam maka ia temukan hanyalah sekumpulan fakta
yang tidak menggembirakan. Ia akan terheran-heran menyaksikan kondisi kaum
wanita yang sangat berbeda antara suatu bangsa dengan bangsa yang lain, bahkan
antara satu suku dengan suku yang lain. Di suatu bangsa ia melihat kaum wanita
menjadi penguasa tertinggi, sementara pada bangsa yang lain mereka manjadi
makhluq yang terhina dan dianggap aib bahkan dikubur hidup-hidup.
Allah berfirman tentang ratu Saba’:“Sesungguhnya aku (burung
hud-hud) mendapati seorang ratu yang menguasai mereka dan ia dianugrahi segala
sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar” (An-Naml: 23). Sementara di belahan bumi
lain, Allah menceritakan sisi yang berlawanan dari itu:“Dan apabila bayi-bayi
perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah ia dibunuh.” (At-Takwir:
8-9).
Itulah kondisi kaum wanita di masa jahiliyah; ibarat barang
yang terhina dalam keluarga dan masyarakat, diperbudak oleh kaum pria. Hari
kelahirannya adalah hari di mana semua wajah menjadi kecewa, dan tidak lama
kemudian ia akan dikubur hidup-hidup dalam kubangan tanah yang digali oleh
ayahnya sendiri. Inilah akibat dari jauhnya akal masyarakat dari cahaya wahyu.
Inilah gambaran umat yang dilahirkan oleh berhalaisme dan dididik oleh para
tukang sihir dan peramal.
Ibnu Abbas Radhiallaahu‘anhu berkata:
“bila engkau ingin melihat bagaimana kejahilan bangsa Arab terdahulu maka
bacalah firman Allah Ta’ala: “Sungguh merugilah orang-orang yang membunuh
anak-anak mereka karena kebodohan tanpa ilmu.” (Al-An’am: 140).
Fahamlah kita bagaimana kejahiliyahan
menenggelamkan masyarakat Arab saat itu ke dalam pojok-pojok kegelapan
peradaban, hingga akhirnya terbitlah fajar Islam lalu terdengarlah di penjuru
dunia untuk pertama kalinya: ”Dan para laki-laki beriman dan wanita yang
beriman itu adalah wali (penolong) antara sebagian mereka kepada sebagaian yang
lain.” (At-Taubah: 17).
Lalu bergaunglah firmanNya: “Dan para wanita itu mempunyai hak dan keseimbangan dengan
kewajiban mereka secara ma’ruf.” (Al-Baqarah: 228).
Dengan demikian Islam telah meletakkan dasar dan pondasi yang
begitu kokoh untuk membangun pribadi wanita yang baru berdasarkan wahyu dari
Dzat yang telah menciptakannya. Dan
pemuliaan Islam terhadap wanita tidak cukup sampai di sini, Islam bahkan telah
menjadikan ibu sebagai orang yang lebih dihormati daripada seorang ayah. Seorang pria bertanya: “Wahai Rasulullah! Kepada siapakah aku
berbakti?” Beliau menjawab: ”Ibumu” Ia bertanya lagi: “lalu kepada siapa?”
beliau menjawab: “Ibumu.” kemudian ia bertanya lagi: “lalu kepada siapa ?
beliau menjawab: “Ibumu” kemudian ia bertanya lagi “lalu kepada siapa ?”
barulah beliau berkata: “ayahmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Islam telah meletakkan jalinan yang kuat dan kokoh untuk
menjaga kaum wanita. Bila mereka berpegang padanya mereka akan selamat, sebaliknya
bila mereka menyia-nyiakannya maka mereka akan sesat dan binasa. Jalinan itu
adalah sifat “Al-Hasymah” (bersikap malu) dan “Al-Afaf” (menjaga kesucian) yang
kemudian memberikan konsekwensi agar seorang wanita mengenakan hijab syar’i,
tetap berdiam di rumah, dan menghindari percampurbauran dengan kaum pria; yang
semuanya itu menjadikannya ibarat sebuah permata bernilai tinggi di kedalaman
lautan yang tidak di jamah kecuali
orang yang berhak untuk itu.Islam memandang bahwa percampurbauran antara pria
dan wanita (ikhthilath) sebagai sebuah bahaya yang sangat nyata, oleh karena
itu Islam mencegahnya dan menggantinya dengan mensyariatkan pernikahan.
Bahkan musuh-musuh Islam pun telah
mengetahui bagaimana nilai hijab syar’i dalam melindungi seorang muslimah, mereka
juga faham perintah untuk “tinggal di rumah saja” memberikan pengaruh yang
sangat besar dalam menjaga wanita muslimah, dalam menjaga kesucian dan
kemuliaannya. Oleh karena itu, kita dapat
melihat bagaimana mereka memerangi hijab muslimah tanpa ampun. Suatu waktu
mereka menyebutnya sebagai sebuah kedzaliman dan kejahatan atas wanita., atau
sebagai penghalang yang merintangi berkembangnya dunia ketiga, atau dikala lain mereka menyebutnya
sebagai budaya Arab saja. Seiring dengan itu, mereka juga mendorong para wanita
muslimah untuk keluar dari rumah-rumah yang telah melindungi mereka dengan
alasan persamaan hak dan derajat antara pria dan wanita. Dan yang masih saja
hangat sampai hari ini adalah sebuah ide sekuler yang berhasil ditanamkan oleh
musuh-musuh Islam kedalam otak sebagian kaum muslimin; yaitu ide melakukan
perombakan terhadap fiqh Islam yang katanya hanya berpihak pada kaum pria,
sehingga lahirlah ide “Fiqh Perempuan”
Angin kencang ini ditiupkan melalui lembaran-lembaran surat
kabar dan majalah, melalui roman-roman percintaan, melalui siaran-siaran
televisi dan radio atau media-media informasi lainnya .
Oleh karenanya, kita harus mengingatkan
para pemudi Islam agar mereka tidak mendengarkan tipuan-tipuan musuh-musuh yang
selalu menampakkan indahnya hidup bercampur baur dengan kaum pria atas nama
kebebasan, kemajuan dan kemodernan.
Akhirnya,
semoga tulisan ini dapat bermanfa’at dalam proses perbaikan terhadap ummat ini.
Semoga bagi kita sekalian dianugrahkan taufiq dan inayah untuk membangun
kekuatan dan kejayaan ummat seperti sedia kala . Amin.
0 comments:
Post a Comment