OLeh: Syukril Agaba /PBA 5
Allah
Subhanahu Wata’ala, Tuhan maha pencipta dan maha pengatur, menciptakan manusia
dengan memberinya dua macam kekuatan.Yaitu kekuatan jasmani dan kekuatan
rohani, atau kemampuan yang bersifat lahiriyah dan kemampuan yang bersifat
batiniyah. Manusia terdiri dari dua macam badan, badan jasmani atau badan
wadhag dan badan rohani atau ruh atau
jiwa.
Tidak
hanya cukup sebagai makhluk yang sempurna, segala apa yang ada dilangit dan di
bumi ini oleh Allah SWT dijadikan tunduk kepada manusia, diperuntukkan bagi
umat manusia supaya dengan sebaik-baiknya dimanfa'atkan bagi kepentingan
hidupnya di dunia dan di akhirat.
Firman
Allah Subhanahu Wata’ala:
“Tidakkah
kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu
nikmat-Nya lahir dan batin”. (QS. 31 – Luqman: 20)
Kedua
kekuatan, kekuatan lahir dan kekuatan batin yang dimiliki manusia itu tidak
lain agar supaya dipergunakan untuk mendatangkan manfa'at sebesar-besarnya guna
memperoleh dan membina hidup yang selamat sejahtera materiil dan spirituil,
lahir dan batin, di dunia dan di akhiratnya kelak. Dan sebagai insan sosial,
kekuatan lahir dan kekuatan batin manusia merupakan perangkat pemberian Tuhan
baginya untuk mengemban tugas sebagai “kholifatulloh” atau “wakil Allah SWT” di
bumi. Tugas mulia yang dipercayakan Allah SWT kepada manusia untuk mengatur
kehidupan di dunia menurut konsepsi yang digariskan oleh Allah SWT. Sebagaimana
firmannya didalam Al- Qur'an:
”Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
kholifah di muka bumi”. (QS. 2 – Al Baqoroh: 30)
Kekuatan
lahiriyah, seperti yang kita maklumi adalah daya kemampuan yang kelihatan mata
lahir atau yang dapat diperhitungkan oleh akal pikiran atau rasio. Akal pikiran
atau rasio itu sendiripun tergolong kekuatan lahir. Betapapun besarnya
kemampuan lahiriyah manusia, akan tetapi
masih terbatas sekali apabila dibandingkan dengan kemampuan batin atau jiwa
manusia. Kekuatan lahir hanya bisa berhubungan dengan alam lahir/alam nyata.
Sedangkan kekuatan batin atau jiwa manusia dapat menembus alam ghaib, dapat
menjelajahi alam metafisika, bahkan dapat mengadakan komunikasi dengan alam
luar manusia, dengan alam jin dan alam malaikat, bahkan dapat beraudiensi
dengan Tuhan pencipta seluruh alam.
Pusat
segala kegiatan manusia, baik kegiatan jasmani maupun rohani terletak di dalam
hatinya. Hati manusia merupakan “Pusat Komando” dari segala macam gerak dan
lakunya. Bahkan disamping sebagai pusat komando, sekaligus juga sebagai motor
penggerak yang menggerakkan segala macam gerak-gerik dan tingkah laku manusia.
Perbuatan baik maupun jahat, perbuatan yang menguntungkan ataupun yang
merugikan, semua itu dikomando atau digerakkan oleh hati. Adapun faktor pikiran,
sekalipun dipenuhi dengan berbagai macam perbendaharaan ilmu pengetahuan dan
hikmah kebijaksanaan.
Di
dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat, mendengar atau mungkin pernah
bahkan sering mangalami sendiri bahwa akal pikiran dapat membedakan mana yang
baik dan mana yang tidak baik, dapat membedakan antara yang benar dan yang
batal, dapat mengetahui mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan,
mengerti mana itu halal itu haram, mengerti itu boleh dikerjakan dan ini tidak,
dan lain sebagainya, akan tetapi di dalam prakteknya justru sebaliknya. Yang
baik ditinggalkan, yang buruk dikerjakan.Yang menguntungkan malah
dihindari/dijauhi dan yang merugikan justru dimasuki/dilakukan.Yang haram
dikejar-kejar dan yang halal tidak dihiraukan.Yang benar tidak diikuti dan yang
batal dipergauli.
Ilmu
pengetahuan yang berada di dalam otak pikiran manusia tidak mampu
mengendalikannya, tidak mampu mengarahkan kepada suatu perbuatan yang sesuai
dengan ilmu dan pengertian yang dimilikinya. Jika seorang ditanya: “Apakah
perbuatan mencuri itu baik?”, pasti dia menjawab: “Tidak baik”. Siapapun jika
ditanya: “Apakah perbuatan menipu, korupsi, merugikan atau menyakiti orang lain
itu diperbolehkan?”, semua akan menjawab: “Tidak”. Bahkan semua orang
mengetahui bahwa perbuatan tersebut tercela dan sangat terkecam. Tetapi mengapa
toh akhirnya terjadi juga dilakukan oleh sebagian bahkan banyak orang? Tidak
lain karena didorong oleh keinginan nafsu yang bersarang di dalam hati.
Jelasnya
manusia akan menjerumus kepada kejahatan dan kehancuran apabila hatinya penuh
dengan kotoran-kotoran nafsu yang berkuasa didalamnya. Dan manusia dikatakan
baik, baik budinya, baik akhlaknya, baik perangainya/pekertinya, dan baik
perbuatannya, apabila hatinya bersih dari kotoran-kotoran nafsu. Oleh karena
itu hati manusia harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran dan dari hama
penyakitnya .
Betapa
tepat dan bijaksananya Rosululloh SAW. Beliau telah memberikan peringatan
kepada kita dengan sabdanya:
“Sesungguhnya
di dalam jasad manusia itu ada segumpal daging; apabila segumpal daging itu
baik, menjadi baik pulalah seluruh jasad, dan apabila rusak atau kotor, menjadi
rusak pula seluruh jasad.Ketahuilah, yaitu hati.” (Hadits riwayat Imam Bukhori
dan Muslim dari Nu'man bin Basyir ra)
Atas
dasar hadits tersebut di atas maka kemudian para Ulama Shufi mengatakan, antara
lain sebagai berikut:
“Membersihkan
jiwa (hati) dari kotoran-kotoran (nafsu) adalah wajib.” (Kitab Kifayatul
Atqiya). Wajib disini dalam arti harus diusahakan oleh setiap orang dalam rangka
upaya mencapai hidup selamat sejahtera dan bahagia lahir dan batin, dunia dan
akhirat. Tazkiyatun-nafsi atau membersihkan hati, maksudnya membebaskan hati
dari pengaruh-pengaruh nafsu yang senantiasa berusaha dan bertipu daya untuk
menguasai hati manusia. Di dalam Kitab Suci Al-Qur'an diterangkan pernyataan
Nabi Yusuf a.s. tentang tekad beliau yang senantiasa waspada terhadap tipu daya
nafsu, sebagai berikut:
“Dan
tidaklah aku membiarkan diriku (dikuasai nafsu), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku.” (QS. 12 – Yusuf: 53)
Membersihkan
hati, istilah yang populer sekarang operasi mental.“Operasi Mental” yang
dialami oleh Rosulullah SAW, ketika akan menjalani Isro'-Mi'roj merupakan tuntunan
nyata yang harus diikuti oleh para umat. Bahkan oleh setiap insan yang hidup di
dunia ini. Berkat adanya operasi tesebut, dimana kotoran-kotoran yang terdapat
di dalam hati Rosulullah SAW dikeluarkan dan kemudian dimasukkannya iman,
islam, ihsan, amanah dan kejujuran, maka segala gangguan dan godaan yang
dialami dalam perjalanan Isro' dan Mi'roj, semua dapat diatasi dengan sempurna
dan sukses menghadap ke hadirot Allah SWT untuk menerima tugas-tugas yang harus
dilaksanakan para umat, termasuk sholat lima waktu dalam sehari semalam.
Bermacam-macam
cara telah banyak ditempuh oleh umat masyarakat dalam melaksanakan operasi
mental. Melalui pengajaran dan pendidikan, lewat sistem dakwah dan
penerangan-penerangan agama, menggunakan media massa, surat-surat kabar dan
majalah, radio, televisi dan buku-buku, melalui perkumpulan,
organisasi-organisasi sosial dan bermacam-macam bentuk pergaulan hidup lainnya.
Bahkan ada yang menempuh dengan riyadloh-riyadloh badaniyah dan latihan-latihan
kejiwaaan atau kerohanian. Masing-masing dengan metode dan sistematika yang
berbeda-beda.
Secara
umum operasi mental tesebut di atas dalam garis besarnya dititik beratkan pada
prinsip penanaman pengertian dan ilmu pengetahuan sehingga diharapkan bisa
tumbuh suatu kesadaran. Akan tetapi kenyataan di dalam prakteknya tidak semudah
itu. Pengertian dan ilmu pengetahuan masih belum memberi jaminan akan
tercapainya kondisi hati yang bersih dan jernih terbebas dari pengaruh-pengaruh
nafsu yang menjadi sarang yang subur baginya.
Mengingat
semakin hebatnya pengaruh-pengaruh dari berbagai jurusan yang merangsang hati
manusia, yakni pengaruh negatif yang menyuburkan pertumbuhan sebuah kejahatan,
maka operasi mental, membersihkan dan menjernihkan hati harus secara terus menerus diusahakan
oleh setiap orang. Disamping dengan cara-cara operasi mental seperti di atas
dan yang sudah banyak dijalankan oleh masyarakat selama ini, masih ada suatu
cara yang belum banyak dilakukan orang. Yaitu pendayagunaan kekuatan atau
potensi batiniyah dalam bentuk doa permohonan kepada Allah SWT, Tuhan yang maha
kuasa, maha mengatur, maha pengasih lagi maha penyayang. Doa permohonan
hidayah/petunjuk dan pertolongannya.
Pendayagunaan
potensi batiniyah dalam bentuk doa atau permohonan kepada Allah SWT baik yang
dilaksanakan secara sendiri-sendiri atau berkelompok (berjamaah/bersama-sama),
jika dibandingkan dengan pendayagunaan potensi lahiriyah dalam bentuk bekerja,
berkarya dan bentuk-bentuk aktifitas atau kegiatan lahiriyah lainnya, adalah
masih sangat tidak seimbang. Masih banyak peluang kesempatan dan sisa kekuatan
yang belum dimanfa'atkan untuk berdoa mememohon kepada Allah SWT. Padahal
seperti yang disebutkan di atas, bahwa kedua kekuatan; kekuatan lahir dan
kekuatan batin yang sama-sama sebagai anugerah pemberian Allah SWT itu harus
dimanfa'atkan secara harmonis dan berkeseimbangan dengan kebutuhan hidup serta
saling isi mengisi.Lebih-lebih jika diingat bahwa hidayah Allah SWT adalah
mutlak dibutuhkan oleh setiap insan.Tanpahidayah/petunjuk dari Allah SWT, manusia
pasti tersesat dan terjerumus ke jurang kehancuran dan kesengsaraan.
Wallahu A'lam
ISID, Kampus Siman, 25 Oktober 2013
0 comments:
Post a Comment