Friday, October 25, 2013

Menjernihkan Hati Atau Tazkiyatun Nafsi

OLeh: Syukril Agaba /PBA 5
Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan maha pencipta dan maha pengatur, menciptakan manusia dengan memberinya dua macam kekuatan.Yaitu kekuatan jasmani dan kekuatan rohani, atau kemampuan yang bersifat lahiriyah dan kemampuan yang bersifat batiniyah. Manusia terdiri dari dua macam badan, badan jasmani atau badan wadhag  dan badan rohani atau ruh atau jiwa.
Tidak hanya cukup sebagai makhluk yang sempurna, segala apa yang ada dilangit dan di bumi ini oleh Allah SWT dijadikan tunduk kepada manusia, diperuntukkan bagi umat manusia supaya dengan sebaik-baiknya dimanfa'atkan bagi kepentingan hidupnya di dunia dan di akhirat.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala:
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin”. (QS. 31 – Luqman: 20)
Kedua kekuatan, kekuatan lahir dan kekuatan batin yang dimiliki manusia itu tidak lain agar supaya dipergunakan untuk mendatangkan manfa'at sebesar-besarnya guna memperoleh dan membina hidup yang selamat sejahtera materiil dan spirituil, lahir dan batin, di dunia dan di akhiratnya kelak. Dan sebagai insan sosial, kekuatan lahir dan kekuatan batin manusia merupakan perangkat pemberian Tuhan baginya untuk mengemban tugas sebagai “kholifatulloh” atau “wakil Allah SWT” di bumi. Tugas mulia yang dipercayakan Allah SWT kepada manusia untuk mengatur kehidupan di dunia menurut konsepsi yang digariskan oleh Allah SWT. Sebagaimana firmannya  didalam  Al- Qur'an:
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan kholifah di muka bumi”. (QS. 2 – Al Baqoroh: 30)
Kekuatan lahiriyah, seperti yang kita maklumi adalah daya kemampuan yang kelihatan mata lahir atau yang dapat diperhitungkan oleh akal pikiran atau rasio. Akal pikiran atau rasio itu sendiripun tergolong kekuatan lahir. Betapapun besarnya kemampuan lahiriyah manusia,  akan tetapi masih terbatas sekali apabila dibandingkan dengan kemampuan batin atau jiwa manusia. Kekuatan lahir hanya bisa berhubungan dengan alam lahir/alam nyata. Sedangkan kekuatan batin atau jiwa manusia dapat menembus alam ghaib, dapat menjelajahi alam metafisika, bahkan dapat mengadakan komunikasi dengan alam luar manusia, dengan alam jin dan alam malaikat, bahkan dapat beraudiensi dengan Tuhan pencipta seluruh alam.
Pusat segala kegiatan manusia, baik kegiatan jasmani maupun rohani terletak di dalam hatinya. Hati manusia merupakan “Pusat Komando” dari segala macam gerak dan lakunya. Bahkan disamping sebagai pusat komando, sekaligus juga sebagai motor penggerak yang menggerakkan segala macam gerak-gerik dan tingkah laku manusia. Perbuatan baik maupun jahat, perbuatan yang menguntungkan ataupun yang merugikan, semua itu dikomando atau digerakkan oleh hati. Adapun faktor pikiran, sekalipun dipenuhi dengan berbagai macam perbendaharaan ilmu pengetahuan dan hikmah kebijaksanaan.
Di dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat, mendengar atau mungkin pernah bahkan sering mangalami sendiri bahwa akal pikiran dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, dapat membedakan antara yang benar dan yang batal, dapat mengetahui mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan, mengerti mana itu halal itu haram, mengerti itu boleh dikerjakan dan ini tidak, dan lain sebagainya, akan tetapi di dalam prakteknya justru sebaliknya. Yang baik ditinggalkan, yang buruk dikerjakan.Yang menguntungkan malah dihindari/dijauhi dan yang merugikan justru dimasuki/dilakukan.Yang haram dikejar-kejar dan yang halal tidak dihiraukan.Yang benar tidak diikuti dan yang batal dipergauli.
Ilmu pengetahuan yang berada di dalam otak pikiran manusia tidak mampu mengendalikannya, tidak mampu mengarahkan kepada suatu perbuatan yang sesuai dengan ilmu dan pengertian yang dimilikinya. Jika seorang ditanya: “Apakah perbuatan mencuri itu baik?”, pasti dia menjawab: “Tidak baik”. Siapapun jika ditanya: “Apakah perbuatan menipu, korupsi, merugikan atau menyakiti orang lain itu diperbolehkan?”, semua akan menjawab: “Tidak”. Bahkan semua orang mengetahui bahwa perbuatan tersebut tercela dan sangat terkecam. Tetapi mengapa toh akhirnya terjadi juga dilakukan oleh sebagian bahkan banyak orang? Tidak lain karena didorong oleh keinginan nafsu yang bersarang di dalam hati.
Jelasnya manusia akan menjerumus kepada kejahatan dan kehancuran apabila hatinya penuh dengan kotoran-kotoran nafsu yang berkuasa didalamnya. Dan manusia dikatakan baik, baik budinya, baik akhlaknya, baik perangainya/pekertinya, dan baik perbuatannya, apabila hatinya bersih dari kotoran-kotoran nafsu. Oleh karena itu hati manusia harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran dan dari hama penyakitnya .
Betapa tepat dan bijaksananya Rosululloh SAW. Beliau telah memberikan peringatan kepada kita dengan sabdanya:
“Sesungguhnya di dalam jasad manusia itu ada segumpal daging; apabila segumpal daging itu baik, menjadi baik pulalah seluruh jasad, dan apabila rusak atau kotor, menjadi rusak pula seluruh jasad.Ketahuilah, yaitu hati.” (Hadits riwayat Imam Bukhori dan Muslim dari Nu'man bin Basyir ra)
Atas dasar hadits tersebut di atas maka kemudian para Ulama Shufi mengatakan, antara lain sebagai berikut:
“Membersihkan jiwa (hati) dari kotoran-kotoran (nafsu) adalah wajib.” (Kitab Kifayatul Atqiya). Wajib disini dalam arti harus diusahakan oleh setiap orang dalam rangka upaya mencapai hidup selamat sejahtera dan bahagia lahir dan batin, dunia dan akhirat. Tazkiyatun-nafsi atau membersihkan hati, maksudnya membebaskan hati dari pengaruh-pengaruh nafsu yang senantiasa berusaha dan bertipu daya untuk menguasai hati manusia. Di dalam Kitab Suci Al-Qur'an diterangkan pernyataan Nabi Yusuf a.s. tentang tekad beliau yang senantiasa waspada terhadap tipu daya nafsu, sebagai berikut:
“Dan tidaklah aku membiarkan diriku (dikuasai nafsu), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. 12 – Yusuf: 53)
Membersihkan hati, istilah yang populer sekarang operasi mental.“Operasi Mental” yang dialami oleh Rosulullah SAW, ketika akan menjalani Isro'-Mi'roj merupakan tuntunan nyata yang harus diikuti oleh para umat. Bahkan oleh setiap insan yang hidup di dunia ini. Berkat adanya operasi tesebut, dimana kotoran-kotoran yang terdapat di dalam hati Rosulullah SAW dikeluarkan dan kemudian dimasukkannya iman, islam, ihsan, amanah dan kejujuran, maka segala gangguan dan godaan yang dialami dalam perjalanan Isro' dan Mi'roj, semua dapat diatasi dengan sempurna dan sukses menghadap ke hadirot Allah SWT untuk menerima tugas-tugas yang harus dilaksanakan para umat, termasuk sholat lima waktu dalam sehari semalam.
Bermacam-macam cara telah banyak ditempuh oleh umat masyarakat dalam melaksanakan operasi mental. Melalui pengajaran dan pendidikan, lewat sistem dakwah dan penerangan-penerangan agama, menggunakan media massa, surat-surat kabar dan majalah, radio, televisi dan buku-buku, melalui perkumpulan, organisasi-organisasi sosial dan bermacam-macam bentuk pergaulan hidup lainnya. Bahkan ada yang menempuh dengan riyadloh-riyadloh badaniyah dan latihan-latihan kejiwaaan atau kerohanian. Masing-masing dengan metode dan sistematika yang berbeda-beda.
Secara umum operasi mental tesebut di atas dalam garis besarnya dititik beratkan pada prinsip penanaman pengertian dan ilmu pengetahuan sehingga diharapkan bisa tumbuh suatu kesadaran. Akan tetapi kenyataan di dalam prakteknya tidak semudah itu. Pengertian dan ilmu pengetahuan masih belum memberi jaminan akan tercapainya kondisi hati yang bersih dan jernih terbebas dari pengaruh-pengaruh nafsu yang menjadi sarang yang subur baginya.
Mengingat semakin hebatnya pengaruh-pengaruh dari berbagai jurusan yang merangsang hati manusia, yakni pengaruh negatif yang menyuburkan pertumbuhan sebuah kejahatan, maka operasi mental, membersihkan dan menjernihkan  hati harus secara terus menerus diusahakan oleh setiap orang. Disamping dengan cara-cara operasi mental seperti di atas dan yang sudah banyak dijalankan oleh masyarakat selama ini, masih ada suatu cara yang belum banyak dilakukan orang. Yaitu pendayagunaan kekuatan atau potensi batiniyah dalam bentuk doa permohonan kepada Allah SWT, Tuhan yang maha kuasa, maha mengatur, maha pengasih lagi maha penyayang. Doa permohonan hidayah/petunjuk dan pertolongannya.

Pendayagunaan potensi batiniyah dalam bentuk doa atau permohonan kepada Allah SWT baik yang dilaksanakan secara sendiri-sendiri atau berkelompok (berjamaah/bersama-sama), jika dibandingkan dengan pendayagunaan potensi lahiriyah dalam bentuk bekerja, berkarya dan bentuk-bentuk aktifitas atau kegiatan lahiriyah lainnya, adalah masih sangat tidak seimbang. Masih banyak peluang kesempatan dan sisa kekuatan yang belum dimanfa'atkan untuk berdoa mememohon kepada Allah SWT. Padahal seperti yang disebutkan di atas, bahwa kedua kekuatan; kekuatan lahir dan kekuatan batin yang sama-sama sebagai anugerah pemberian Allah SWT itu harus dimanfa'atkan secara harmonis dan berkeseimbangan dengan kebutuhan hidup serta saling isi mengisi.Lebih-lebih jika diingat bahwa hidayah Allah SWT adalah mutlak dibutuhkan oleh setiap insan.Tanpahidayah/petunjuk dari Allah SWT, manusia pasti tersesat dan terjerumus ke jurang kehancuran dan kesengsaraan.

Wallahu A'lam

ISID, Kampus Siman, 25 Oktober 2013

0 comments:

Post a Comment