Friday, October 25, 2013

Hidup Untuk Beribadah

Oleh: Agus Triyanto /PAI 5

Tak terasa lama sudah kita jalani hidup sebagai manusia di muka bumi ini. Hari demi hari, minggu demi minggu hingga tahun demi tahun dan tanpa kita sadari tinggal berapa lagi dari umur kita yang telah ditentukan yang masih tersisa. tetapi adakah hidup yang telah kita jalani sepanjang ini telah berarti?, dan apakah hidup kita selama ini adalah demi hidup yang semestinya hidup, bukan sekedar hidup?. Sejenak marilah kita renungan!
Kita hidup sebagai manusia maka kita adalah manusia yang hidup. Di mana hidup berarti berkehendak, bergerak, dan berbuat adapun yang tidak demikian adanya berarti tidak hidup melainkan mati. Sedangkan manusia adalah ciptaan sebagaimana ciptaan lainnya, di mana telah kita ketahui bahwasanya kalau lah ada yang diciptakan berarti pasti ada yang menciptakan. Sebagaimana adanya pisau karena adanya pandai besi, adanya nasi karena adanya petani, adanya gedung tinggi karena adanya kuli dan seterusnya yang keseluruhannya adalah merupakan ciptaan Sang Maha Pencipta dialah Allah SWT yang maha segalanya. Ia ciptaan seluruh alam semesta ini demi mengabdi kepadanya begitu pula kita  yang dengan kelebihan-kelebihan yang ada telah diamanahkan kepada kita untuk menjadi kholifah di muka bumi ini setelah sebelumnya para makhluk lainnya menyatakan ketidaksangggupan mereka untuk mengemban tugas tersebut. Dari pada itu hiduplah kita sebagai manusia dan jadilah kita manusia yang hidup. Akan tetapi kiranya apa yang harus kita perbuat untuk menyatakan bahwa kita adalah manusia yang hidup?
           Orang-orang yang beriman hidupnya tidak untuk hidup, tapi hidupnya untuk maha hidup, hidupnya bukan untuk mati, tapi mati justru itu untuk hidup, dia tidak takut mati, dia tidak lupakan mati, tapi ia rindukan mati, mengapa? Karena mati bukanlah wafat, dan mati satu-satunya pintu berjumpa dengan Allah.
Terlebih dahulu hendaklah kita pahami apa hakekat hidup bagi kita manusia yang tak lain adalah sebagaimana difirmankan Allah SWT
Yang artinya :“tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi ( beribadah ) kepadaku”. ( Q. S. Adz-zariyat : 56  ).
Apapun propesi kita, entah itu jadi petani, mahasiswa, guru, dosen dari jabatan yang paling rendah sampai jabatan yang paling tinggi sekalipun, kita harus selalu ingat bahwasannya hakekat hidup kita adalah untuk beribadah. Kita hidup itu untuk bermanfaat, bukan hanya memanfaatkan hidup,  apalagi hidup yang dimanfaatkan.
Jadi mengahambakan diri hanya kepada Allah dengan selalu berbuat menurut kehendaknya semata, tidak lain. Kita bukanlah budak diri kita sendiri, kita bukan budak orang lain, penguasa, pemerintah ideologi, opini, ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, lingkungan, tidak! melainkan kita adalah budak bagi Allah SWT, budak yang selalu hanya mengharap dengan cinta, kasih sayang  serta ridhonya.
Demikianlah perihal kehidupan kita manusia yang darinya dapat kita pahami bahwa kita manusia begitu di percaya, dikedepakan, ditinggikan dan dimuliakan Allah atas makhluk lainnya dengan segala apa yang telah dilimpahkan kepada kita. Akan tetapi adakah kita telah menjadi hamba Allah yang bersyukur? Adakah kita telah mensyukuri semua itu dengan memanfaatkannya secara benar menurut apa yang dikehendaki oleh Allah SWT?  marilah kita renungkan sejenak.
Betapa banyak dan betapa sering kehancuran terjadi dimuka bumi ini. Kejahatan, kedzaliman, kemunafikan, kerugian, kehilanga, kesedihan, yang berakhir dengan tetesan darah dan derai air mata telah melanda dimana-mana setiap saat hadir mengahampiri setiap lapisan masyarakat, para penguasa, rakyat biasa, kaum berada, yang sengsara, ilmuwan, terbelakang, hingga agamawan apalagi yang tidak mengenal agama. Sehingga menimbulkan keraguan akan fungsi agama bahkan ketidakpercayaan akan agama. Tetapi mengapa agama yang menjadi kambing hitam, mengapa agama yang disalahkan. Agama tidak bersalah, islam adalah benar tetapi umatnyalah yang sering bersalah dan menyalahi agama hingga akhirnya menyalahkan agama islam itu sendiri. Sadarkah kita akan apa yang telah diamanahkan kepada kita bahwa kitalah yang bertanggung jawab mewarnai bumi tuhan ini sehingga bila terjadi segala bentuk kerusakan maka itu semua adalah akibat dari perbuatan kita sendiri.
Seperti yang difirmankan Allah yang artinya: Telah timbul kerusakan di darat dan dilaut dikarenakan ulah perbuatan tangan-tangan manusia. ( QS. Arrum : 41 ).
Dan kalaulah kita teliti lebih lanjut ternyata kesemuanya itu adalah diawali dari bagaimana hati tiap-tiap manusia itu sendiri. Dari hati yang kemudian merasuk keakal pikiran hingga akhirnya terungkap dengan tindakan-tindakan anggota tubuh lainnya. Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW pada hadist Nu'mah bin basyir :
Yang artinya: “Ingatlah didalam tubuh ada segumpal daging, apabila ia baik maka tubuh semuanya menjadi baik dan apabila ia binasa maka tubuh semuanya menjadi binasa. Ketahuilah! Ia adalah hati. (hadits riwayat : muttafaqun alaih)
Betapa hati sangat berpengaruh dalam menentukan dan membentuk pribadi tiap orang, maka suatu keharusan bagi tiap kita untuk berusaha menjaga keadaan, kesehatan dan kebaikan hati, yang semua itu menuntut kita untuk selalu menghadirkan Allah kedalam relung hati kita. Seharusnyalah kita selalu mengingat Allah yang selalu tak pernh lupa apalagi meninggalkan kita bagaimanapun kita adanya karena dengan selalu berdzikir mengingat, menyebut, mengharapkan serta merasakan kehadirannya maka terjagalah kita dari segala hal yang mengganggu keadaan hati kita.
(orang-orang yang beroleh hidayah dan bertaubat ) ialah mereka yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan selalu berdzikir mengingat Allah. Hanya dengan berdzikir nengingat Allah hati menjadi tentram ( Q.S. Ara'd  28 )
Hati menjadi tenang, damai tidak gelisah sehingga menjernihkan pikiran dan menghasilkan perbuatan yang dapat diterima baik dalam hubungan kepada Allah maupun antar sesama manusia.
Adapun kebalikannya bila seseorang lalai, lengah atau bahkan meninggalkan dzikir mengingat Allah sebagaimana yang difirmankan Allah  SWT yang artinya; Barang siapa yang melengahkan dzikir mengingat Allah yang maha pengasih maka Allah akan menjadikan syeitan sebagai temannya. ( Q.S. Az-zukhruf : 36)
Dimana ketika syeitan telah menjadi pendamping bagi seseorang dalam perjalanan hidupnya maka kejahatan apa yang kiranya tidak dapat terjadi? Segala macam penyakit hati seperti iri, dengki, tamak, fitnah, sombong dan lainnya berkecamuk dalm bathinnya serta segala macam kejahatan nampak nyata dalam tingkah laku lahirnya. Sehingga segala macam dosa baik besar maupun kecil diperbuat dengan begitu saja tanpa pernah ada penyesalan darinya, demikian adanya dikarenakan, syaitan telah menguasai mereka, lalu membuat mereka lupa berdzikir menyebut Allah. ( Q. S. Al-mujadalah :19)

Na'udzubillah tsumma na'udzubillah
Hendaklah kita senantiasa terus - menerus berdzikir mengingat Allah dalam kehidupan kita sehari-hari dengan tidak pernah lalai, lengah atau meninggalkannya karena yang demikian merupakan upaya untuk mensucikan diri serta menyelamatkannya dari bisikan-bisikan syeitan yang terkutuk.

Wallahu A'lam

ISID, Kampus Siman, 11 Oktober 2013


0 comments:

Post a Comment